“Beberapa kali RSTKA hanya bisa melewati Pulau ini, seperti pada pelayaran menuju NTT, bakti gempa di Mamuju Majene, bakti di Maluku Barat Daya, dan pelayaran lainnya. Akhirnya pada bulan Juni 2022 ini, RSTKA bisa singgah di Pulau Sakala, Pulau tertimur dan terjauh di Jawa Timur”, jelas dr. Agus Harianto, Sp.B
![](https://rstka.id/wp-content/uploads/2022/06/Tim-observer-menyusuri-jalan-desa-untuk-bertemu-warga-dan-melihat-potensi-dan-masalah-desa-1024x709.jpg)
Hal yang menjadi pertimbangan utama untuk bisa menuju Pulau ini adalah dengan melihat kondisi laut yang ada. RSTKA memulai perjalanan dari Pulau Sapeken dengan waktu tempuh 5 jam untuk bisa singgah di Pulau dengan jarak ±165 miI laut dari Pelabuhan Kalianget ini. Di sekeliling Pulau ini terdapat banyak batu karang yang keras, sehingga sampai saat ini kapal besar belum bisa bersandar di dermaganya, termasuk kapal RSTKA.
Pulau dengan Banyak Bahasa
Pada awal sebelum keberangkatan, para relawan sudah menyiapkan untuk beradaptasi dengan bahasa Madura, mereka saling berbagi istilah madura yang sering digunakan. Namun mereka terkejut ketika tau bahwa di pulau dengan penduduk 2500 jiwa ini memiliki banyak suku dan bahasa. Mulai dari suku Madura, Bugis, Mandar, dan Bajo. Adanya berbagai Bahasa tersebut bisa disatukan dengan bahasa Indonesia yang lumayan mudah dipahami oleh warganya.
Bahasa-bahasa ini muncul karena Pulau Sakala sendiri terletak hampir berdekatan dengan Pulau Lombok. Suku bugis masih banyak bertempat tinggal di sini dibuktikan dengan masih banyaknya rumah panggung yang khas.
![](https://rstka.id/wp-content/uploads/2022/06/rumah-panggung-sakala-1024x663.jpg)
“Rumah panggung ini dibuat bukan karena menyesuaikan kondisi geografis yang sering terjadi seperti bencana banjir rob, melainkan memang budaya dari suku Bugis yang membuat rumah bebentuk panggung”, kata seorang warga.
Kondisi Pulau
Dari beberapa pulau yang telah dikunjungi, Pulau Sakala adalah salah satu pulau dengan kondisi yang paling asri dan sejuk. Di sepanjang jalannya yang sudah berpaving terdapat pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Rumah penduduk juga masih belum terlalu rapat sehingga masih terlihat banyak ruang terbuka hijau.
“Desa ini masih bergantungan dengan luar untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya, masyarakat biasanya pergi ke Banyuwangi, Panarukan untuk membelinya.”, ungkap Pak Buhari, kepala Desa Sakala.
Produk yang sering dikirim ke luar Pulau Sakala adalah singkong, produk olahannya bernama Sangkok, makanan yang terbuat dari singkong yang diproses sedemikian rupa sehingga mampu menggantikan nasi. Sangkok sering dikirim ke Lombok, juga apabila ada pameran di Sumenep, makakan ini sering dijadikan sebagai pameran yang dicari-cari oleh pengunjung.
![](https://rstka.id/wp-content/uploads/2022/06/Nelayan-sedang-menjemur-telur-ikan-terbang-di-perahunya-1024x674.jpg)
Tangkapan nelayan Pulau Sakala berubah-ubah di tiap masanya. Dahulu nelayan sering menangkap tongkol dan kerapu, kemudian cumi-cumi, ikan marlin yang memiliki bobot 100 kg lebih tiap ekornya. Namun setelah populasinya menyusut, sekarang masyarakat banyak mencari ikan terbang atau ikan tuing-tuing (sebutan orang Bugis dan Mandar).
Sebuah penelitian di International Journal of Molecular Sciences menjelaskan bahwa telur ikan terbang, mirip dengan telur salmon, sangat tinggi lemak fosfolipid. “Di sini para nelayan menjual ke pengepul seharga Rp 600.000/kg, di pasaran harganya bisa mencapai jutaan”, ungkap seorang nelayan.
Para nelayan mencari telur ikan ini menggunakan alat yang masih sederhana dan tradisional, yaitu menggunakan daun kelapa yang mudah ditemukan di Pulau ini, kemudian dianyam sedemikian rupa sampai membentuk tumpukan.
![](https://rstka.id/wp-content/uploads/2022/06/Relawan-mengunjungi-PLTS-Sakala-1024x731.jpg)
Pulau Sakala dialiri oleh listrik dari energi terbarukan sel surya. “Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 100 KWp dapat mengaliri 500 KK pada pukul 5 sore Sampai 5 pagi. Pembangkit ini sudah beroperasi mulai tahun 2021 di bawah pengelolaan PLN Jawa Timur.”, ungkap Pak Niki, operator PLTS. Meski begitu jaringan di sini terbilang masih sulit, hanya ada sinyal Telkomsel.
Pelayanan Kesehatan
RSTKA mengunjungi pulau Sakala dengan membawa dokter spesialis mata, kandungan, gigi, anestesi, bedah, dan anak. Antusias masyarakat sangatlah besar dengan pelayanan kesehatan yang diadakan di Puskesmas Pembantu Sakala dan Polindes Sakala.
![](https://rstka.id/wp-content/uploads/2022/06/Dokter-sedang-melakukan-screening-di-polindes-Sakala-pasien-1-2-1024x683.jpg)
Pada pelayanan kali ini RSTKA bersama 26 relawan yang terdiri dari dokter spesialis, dokter PPDS, dokter umum, perawat, apoteker, dan observer dari ITS dan UNESA. Total pasien yang dilayani adalah 156 pasien yang terdiri dari 11 pasien bedah minor, 8 pasien mata, 31 pasien poli kandungan, 83 pasien poli penyakit dalam, 11 pasien poli gigi, dan 12 pasien poli Anak. Semua tindakan operasi bisa dilaksanakan dengan lancar di darat dengan bantuan alat dan obat dari kapal RSTKA.
“Harapannya ke depan akan ada pembangunan dermaga memadai sehingga memudahkan kapal untuk bersandar di Pulau Sakala. Nantinya transportasi orang dan barang juga akan semakin mudah”, ungkap Bapak Kepala Desa Sakala.