Pulau Sabu menjadi destinasi akhir dari pelayanan yang dilakukan RSTKA pada batch 3 ini. Pulau Sabu atau yang juga dikenal sebagai Pulau Sawu, Seba, Havu, Hawu atau Hawoe merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yaitu letaknya paling selatan kedua setelah Pulau Rote. Pulau ini berada dalam teritory daerah Nusa Tenggara Timur dan merupakan bagian dari Kabupaten Sabu Raijua. Kepulaun Sabu terdiri dari 2 pulau besar yaitu: Rai Hawu yang di kenal Pulau Sabu dan Rai Jua pulau kecil sebelah barat Rai Hawu. Dan juga terdapat 2 pulau kecil: Rai Dana pulau tak berpenghuni terletak 30 km barat daya dari Rai Jua. Pulau Wadu Mea yang memilik garis pantai terkecil yakni 0,26 Km.
Pada perjalanan dari pulau Rote menuju Pulau Sabu kapal RSTKA harus melawan keadaan yang sangat mencekam. Setelah melayani Pulau Rote tim RSTKA berangkat ke Pulau Sabu pada pukul 16.00 WITA Perjalanan memakan waktu selama 15 jam. Pada sore itu cuaca masih bersahabat. Akan tetapi pada saat pukul 19.00 cuaca menjadi kurang bersahabat. sehingga kami harus melawan Ombak sebesar 5-6 meter. Barang, koper-koper di kapal pun berserakan. “Ombak ketika itu adalah salah satu ombak terbesar yang pernah saya hadapi” kata Kapten Mudatsir. Kurang lebih kapal RSTKA melawan ombak itu selama 6 jam. Ketika para relawan RSTKA sampai di Pulau Sabu para relawan disambut dengan sangat hangat. Kami disediakan kendaraan untuk ekspedisi di Pulau ini. Para masyarakat, dinas kesehatan dan aparat Pulau Sabu sudah menunggu RSTKA dengan penuh harapan. “Kami sangat bersyukur bahwasanya kapal RSTKA bisa singgah di Pulau kami dengan selamat” ucap Ina selaku Dinkes Pulau Sabu.
Pelayanan Kesehatan
Bakti RSTKA berpusat di RSUD Sabu dilaksanakan tanggal 24-28 Juli 2023 dengan membuka beberapa pelayanan poli. Poli Dermatovenerologi (Poli DV) melayani 132 pasien, sementara Poli Jantung memberikan skrining PJB bagi 147 orang pasien. Poli Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher (Poli THTBKL) menjadi salah satu poliklinik yang sibuk dengan 184 pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan. Satu orang di antaranya menjalani tindakan operasi TE, sementara 14 pasien lainnya menerima pemasangan alat bantu dengar (ABD). Tak ketinggalan, Poli Neurologi juga menjadi tujuan banyak pasien, di mana 127 orang datang untuk mendapatkan penanganan kesehatan terkait masalah saraf. Selain itu, sebanyak 111 ibu mengikuti pelayanan ANC dan pemeriksaan USG dan sebanyak 121 anak mengikuti skrining stunting.
Pada Jum’at, 28 Juli 2023, suasana di Pulau Sabu Raijua dipenuhi semangat yang tinggi. Rencana kegiatan pelayanan kesehatan oleh Tim Relawan RSTKA telah tiba. Sejumlah kegiatan telah disusun dengan matang guna memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat di pulau ini. RSTKA mengadakan pelatihan PPGDON yang diselenggarakan di Aula Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sabu Raijua. Sebanyak 27 orang peserta dengan penuh antusiasme menghadiri pelatihan ini. Mereka bermotivasi tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
Sementara itu, di Aula Dinas Kesehatan, Penyuluhan tentang Stunting diikuti oleh 28 peserta. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang stunting serta upaya pencegahannya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di pulau ini dapat mencapai kondisi optimal.
Poli Mata menjadi sorotan karena menangani banyak pasien. Sebanyak 173 pasien menjalani pemeriksaan untuk perawatan mata, dan 22 orang pasien menjalani operasi katarak, sementara 17 orang lainnya menjalani operasi pterygium. RSTKA juga mengirim 1 dokter anestesi dan 1 PPDS anestesi untuk membantu Di Ruang Operasi (OK), para tim medis dengan penuh keahlian dan dedikasi melaksanakan tindakan mayor untuk 16 pasien, masing-masing dengan 6 tindakan sterilisasi MOW, 7 tindakan Sectio Caesarea (SC), 1 tindakan operasi Hidrokel, 1 tindakan repair perineum dan 1 tindakan Tonsilektomi (TE). Semua tindakan ini dilakukan dengan seksama dan profesional. Tim RSTKA dengan semangat tinggi berusaha memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Pulau Sabu Raijua. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh pasien yang telah dilayani.
Pemasangan Alat Bantu Dengar ABD
Dokter Sinta Nurmasari adalah seorang tenaga medis dengan spesialisasi THT Bedah Kepala Leher yang bekerja di Bandung. Beliau merupakan lulusan Universitas Padjajaran dan saat ini bekerja di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung. Pada kali ini, Dr. Sinta memaparkan tentang pelayanan pemasangan fitting alat bantu dengar. Selama berada di pulau Rote dan Sabu, tim medis berhasil melayani jumlah pasien yang cukup besar. Di pulau Rote, sekitar 20 pasien per hari mendapatkan pelayanan medis terkait masalah pendengaran. Namun, di pulau Sabu, jumlah pasien meningkat secara signifikan, mencapai 41 pada hari pertama dan 46 pada hari kedua. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa banyak pasien memiliki masalah pendengaran yang memerlukan perhatian lebih, termasuk kasus operasi pada anak berusia 5 tahun.
Tim medis bekerja sama dengan Hearing vision, yang dipimpin oleh Bapak Joko, dan menggunakan radiometri untuk membantu dalam pelayanan. Kolaborasi ini juga berhasil mendapatkan 19 alat bantu dengar sebagai donasi, yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat di pulau Rote dan Sabu. Selain itu, tim melakukan skrining untuk mengidentifikasi orang-orang yang membutuhkan alat bantu dengar dengan tepat. Semua upaya ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah.
Dr. Sinta dengan penuh semangat menceritakan, “Saya melihat ekspresi muka mereka, dan itu sungguh menakjubkan. Mereka bisa mendengar suara dan terlihat sangat bahagia. Pengalaman ini benar-benar berkesan dan tak terlupakan dalam seumur hidup saya. Saya tidak pernah menyangka bahwa mereka akan begitu terkejut dan penuh rasa syukur saat mendengar suara untuk pertama kalinya. Melihat reaksi mereka yang mengatakan ‘Wow ini suara’ membuat saya terenyuh. Suatu hal yang bagi kita mungkin sepele, seperti mendengar suara, seringkali kita anggap biasa saja dan tidak menyadari betapa berharganya hal itu. Namun, saat kami membantu anak-anak yang selama ini tidak bisa mendengar, ekspresi kagum dan bersyukurnya begitu tulus dan mengesankan. Pengalaman ini benar-benar luar biasa dan menjadi pemicu semangat kami untuk terus memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.” Saya merasa sangat bersyukur dan bangga dapat bergabung dengan proyek ini. Saling dukung dan support di antara teman-teman di sini begitu luar biasa untuk kesuksesan bakti ini,” ujar Dr. Sinta.
Pelayanan Jantung Oleh Dr. Saskia Dyah Handari, SpJP (K), FESC, FAsCC, FASE, FIHA
Dokter Saskia adalah seorang spesialis jantung dan pembuluh darah yang menjadi relawan di Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). Dokter Saskia dengan bangga menyatakan, “Ini sudah kali kedua saya ikut RSTKA. Yang pertama kali pada tahun 2019 sebelum pandemi COVID, kami pergi ke Waingapu untuk memberikan pelayanan kardiologi kepada pasien dewasa dan anak-anak. Pada saat itu, kami menggunakan alat ekokardiografi portable. Namun, kali ini, saya melihat RSTKA telah mengalami kemajuan luar biasa. Kami kini dilengkapi dengan alat ekokardiografi yang jauh lebih canggih, yang memungkinkan kami untuk mendeteksi masalah-masalah dengan lebih detail, terutama penyakit jantung bawaan.”
Dokter Saskia mengungkapkan, “Bukan hanya sekadar motivasi, tetapi saya benar-benar ketagihan dan sangat bahagia bergabung dengan RSTKA. Bukan hanya karena pengalaman yang menarik dan menyenangkan, tetapi karena kami dapat langsung menyentuh kehidupan masyarakat di pulau-pulau terluar. Masyarakat di sana benar-benar tidak memiliki akses yang memadai ke pelayanan kesehatan. Menjadi bagian dari misi ini memberikan nilai yang sangat berharga bagi saya.” Semangat dan antusiasme dalam berkontribusi pada RSTKA. Bergabung dengan tim medis di rumah sakit terapung ini memberikan kesempatan emas untuk memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat di pulau-pulau terluar yang membutuhkan
Dokter Saskia mengungkapkan dengan senang hati, “Suka sekali kalau relawan di sini bisa terasa seperti satu keluarga. Seru banget, kan masak bareng dan berlayar ke daratan bersama-sama. Bedanya mungkin dengan kapal sejenis, di sini kita benar-benar berlayar bersama, terutama para dokter umum yang kadang sampai berbulan-bulan. Kebersamaan ini pasti akan memperkuat ikatan kekeluargaan kami. Meskipun ada tantangan dan kesulitan, rasanya tidak ada dukanya. Saya benar-benar merasa happy dan bersemangat ikut dalam proyek ini, karena kami semua di sini memiliki satu tujuan yang sama, yaitu untuk melayani masyarakat di pulau-pulau terluar dan terpencil.”
Dalam harapannya, lebih banyak kapal dan organisasi yang lebih baik bagi RSTKA akan memungkinkan tim relawan untuk terus memberikan bantuan dan dukungan bagi masyarakat di daerah terpencil di Indonesia bagian timur. Dengan berada di garis depan dalam membangun peradaban negeri ini, sebagai relawan, dia merasa bahagia dan bangga dapat berkontribusi dalam memperbaiki akses pelayanan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat yang belum terjangkau di wilayah-wilayah tersebut.
Pengabdian Dokter Arif Setiawan PPDS Anestesi sebagai Relawan di RSTKA: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil
Dokter Arif Setiawan adalah seorang PPDS anestesi dari Universitas Airlangga (UNAIR). dr. Arif Setiawan menjelaskan, “Sebagai seorang relawan, kita harus siap secara mental, fisik, dan memiliki pengetahuan yang memadai. Selain itu, persiapan juga melibatkan hal-hal yang mungkin akan dibutuhkan di Kabupaten yang akan kita layani. Di rumah sakit, kita sudah memiliki segala fasilitas dan persediaan yang lengkap, sehingga kita tinggal fokus pada pelayanan medis. Namun, sebagai seorang relawan, kita harus menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di lokasi tugas, seperti obat-obatan dan peralatan medis, serta baju dan perlengkapan lain yang diperlukan.
dr. Arif Setiawan menyampaikan, “Totalnya pelayanan utama yang saya lakukan, ya, saya tidak sendirian, saya dibantu oleh rekan-rekan relawan yang lainnya. Selain itu, ada juga dokter senior saya, yaitu Dokter Fikri, yang selalu membantu saya dalam menjalani tindakan di bidang anestesi di Rumah Sakit daerah Sabu. Di sana, saya mengaplikasikan ilmu dan keterampilan saya di bidang anestesi, terutama dalam membantu dokter bedah dan dokter obstetri ginekologi dalam tindakan operasi yang beragam, mulai dari operasi cito hingga operasi elektif yang telah dijadwalkan.” Salah satu contohnya adalah ketika Dokter Arif berhasil membantu tindakan operasi pada pasien pediatri usia 13 tahun yang mengalami hidrokel selama kurang lebih 4 hari di Rumah Sakit daerah Sabu. Dengan kemampuan dan pelayanan yang diberikan di tingkat rumah sakit tersebut, pasien dapat mendapatkan perawatan tanpa harus dirujuk ke rumah sakit di daerah Kupang yang jaraknya cukup jauh, sehingga sangat membantu masyarakat setempat.
Beliau menyadari betapa pentingnya memberikan kontribusi di daerah yang membutuhkan, termasuk NTT, bukan hanya berfokus pada perkembangan perkotaan saja. Selain menyumbangkan tenaganya, beliau juga memahami bahwa pentingnya berbagi ilmu dan keilmuan untuk membantu meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Dengan adanya pertukaran pemikiran dan pengalaman, kolaborasi antara para tenaga medis dan masyarakat setempat dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah yang membutuhkan bantuan ini.
“RSTKA Hebat” tutur Dokter Arif. Beliau memberikan apresiasi dan pengakuan atas kinerja luar biasa yang ditunjukkan oleh RSTKA. Sebagai seorang relawan di bagian anestesi, beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana RSTKA memberikan pelayanan kesehatan berkualitas di daerah terpencil. Keberanian dan komitmen tim medis RSTKA dalam menghadapi tantangan perjalanan laut yang berat serta menghadapi kondisi medis yang kompleks menjadi inspirasi bagi Dokter Arif dan tim relawan lainnya.