Dalam rangka memperingati umurnya yang ke-5, RSTKA mengadakan sebuah perhelatan bertajub, “Say Thanks, Five Years RSTKA” atau “Lima Tahun RSTKA Bersyukur” yang dilaksanakan di Aula Sidang A Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Acara ini diadakan dengan maksud sebagai wahana ucapan syukur, penyampaian laporan dan evaluasi pelayaran dan pelayanan selama lima tahun dan melihat proyeksi pelayanan ke depan. 

Pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K). Direktur RSUD Dr. Soetomo dan diberikan kepada Dr. Christijogo Sumartono, dr. SpAn.KAR Ketua Yayasan Ksatria Medika Airlangga

Acara syukuran 5 tahun RSTKA dimulai menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Airlangga, juga Mars RSTKA yang pertama kali dinyanyikan secara umum di acara besar. Dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K). Direktur RSUD Dr. Soetomo dan diberikan kepada Dr. Christijogo Sumartono, dr. SpAn.KAR Ketua Yayasan Ksatria Medika Airlangga.  Juga turut hadir dr. Agus Harianto, Sp.B direktur RSTKA, Dr. Amiruddin, Dewan Pengawas RSTKA sekaligus Co-Founder Investree,, Achmad Fauzi, S.H., M.H, Bupati Sumenep, Prof. Dr. Budi Santoso, dr. SpOG(K) Dekan FK UNAIR serta tamu lainnya. 

Peringatan ini dengan dengan Simposium Adventure and Remote Medicine yang ke-2. Seminar ini bertujuan bagaimana mengoptimalkan kapal RSTKA sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat di pulau-pulau terpencil. Tujuan kedua adalah ikut serta mencari solusi atas masalah keterbatasan dokter spesialis dan pemerataan distribusinya hingga tidak ada satupun daerah terpencil yang tidak memiliki dokter spesialis yang cukup lengkap. 

Selama 5 tahun berlayar, RSTKA telah mengunjungi 86 lokasi pulau, membantu kelahiran 86 bayi melalui operasi SC, 1621 operasi bedah umum, 1443 operasi mata, dan telah diikuti 2200 relawan dari berbagai bidang. Permasalahan ini masih terlalu besar untuk bisa dikerjakan sendiri oleh RSTKA, namun bukan keputusan yang tepat jika RSTKA harus mundur.  Maka di tahun kelima ini, RSTKA berusaha menjadi inisiator dalam peningkatan pelayanan kesehatan khususnya di wilayah kepulauan. 

Peserta yang hadir offline di Aula Sidang A FK UNAIR.

Simposium tersebut dibagi menjadi 4 sesi dengan tema Remote Area, Pelayanan Kesehatan & Pemenuhan SDM, Produksi dan Distribusi Dokter Spesialis Berkualitas Untuk Pulau Terpencil dan Perbatasan, RSTKA sebagai Wahana Riset dan Community Development di Kepulauan, dan sesi keempat Pembiayaan Pelayanan Kesehatan dan Aspek Legal Praktik Dokter di Daerah Terpencil. Dihadiri oleh sekitar 100 peserta secara offline dan 200 peserta secara online yang dimulai pukul 07.30 – 17.00 WIB. 

Penyampaian materi oleh Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK (Direktur BPJS)

Beberapa pembicara yang hadir baik secara luring maupun daring adalah Agus Harianto, dr, Sp.B (Direktur RSTKA), Prof. Dr. Budi Santoso,dr., Sp.OG (K) Subsp.FER (Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia), dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT (Ketua Umum PB IDI), Prof. Dr. Ferdiansyah, dr., Sp.OT (K), Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK (Direktur BPJS), dr. Alwia Assagaf (Direktur RSUD Dr. H. Chasan Boesorie Ternate), Prof. Dr. Hasbullah Tabrani, dr, MPH (Ketua Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia), dr. Sherly Yolanda (Relawan MARCO-19), Dr. Qudsi Fauzy (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga), dr. Muhammad Ali Syahrun (Relawan Bakti Penakib), dan dr. Dewi Ayu, Sp.OG (Relawan Bakti Penakib). 

Ada beberapa hal yang disampaikan oleh dr. Agus Harianto, Sp.B selaku direktur RSTKA mengenai pembangungan kesehatan berbasis maritim, “RS Terapung perlu ada dan bersifat vertikal langsung ada di bawah Kementerian Kesehatan. Dan adanya RSTKA hadi sebagai model/standar, mamang perlu dana besar untuk membuat lebih banyak RS Terapung lainnya, tapi kalau memang benar-benar untuk rakyat, apa sih yang mahal?”

Sementara upaya penambahan dokter spesialis sedang diperjuangkan, RSTKA bisa menjadi solusi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat di pulau-pulau terpencil, terutama di daerah kepulauan yang tidak adanya dokter spesialisnya. 

Lalu bagaimana untuk pembiayaan yang masih menjadi kendala seperti yang RSTKA alami selama ini? Prof. Dr. Hasbullah Tabrani, dr, M.PH menyampaikan dalam presentasinya yang berjudul Optimalisasi Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB). Beberapa rekomendasi yang diberikan adalah dengan kerjasama antara akademisi dan pemerhati kebijakan untuk identifikasi “kebutuhan medis” dan “kebutuhan epidemiologis” daerah terpencil, Kemenkes dan Kemendagri identifikasi kemampuan fiskal pemda, dengan faham Kesehatan – tugas pokok pemda, pemenuhan hak konstitusional dan kemanusiaan beradab dan terakhir kolaborasi berbagai pihak: merumuskan peta jalan dan peta pendanaan pemenuhan hak, penduduk di daerah terpencil. Lalu apakah RSTKA bisa mendapatkan pembiayaan dari BPJS? Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK – Direktur BPJS memberikan tanggapan bahwa itu bisa dilakukan dengan skema kompensasi, di mana pasien RSTKA harus menjadi peserta BPJS terlebih dahulu, namun dengan skema dan aturan yang telah ada.

Pada akhirnya, memberikan pelayanan kesehatan di kepulauan terpencil bukan hanya siapa yang mampu, namun siapa yang terpanggil, tutup dr. Agus Harianto, Sp.B. Acara peringatan 5 Tahun RSTKA dengan melakukan joy sailing melihat keindahan jembatan Suramadu di malam hari. 

What's your reaction?
0Cool0Upset1Love0Lol

Add Comment

to top