Pagi itu Minggu, 19 Juni 2022, cuaca di laut Pulau Pagerungan Besar kurang bersahabat, beberapa kali kapal RSTKA berpindah-pindah tempat untuk mencari posisi yang tepat menghindari gelombang yang lumayan membuat kapal oleng. Hari itu adalah hari terakhir tim RSTKA memberikan pelayanan medis di pulau tersebut, maka jadwal operasi tidaklah sepadat hari-hari sebelumnya.

Ketika tim berjalan di dermaga, ada kabar bahwa ada seorang ibu dari pulau sebelah, pulau Pagerungan Kecil, yang sudah hamil 9 bulan dengan kondisi eklamspia. Dr. Citra Aulia Bachtiar, Sp.OG selaku Obsgyn memeriksa kondisi Ibu yang berada di kapal. 

Perjalanan menuju kapal RSTKA, Ibu mulai kejang-kejang

Perjalanan menuju kapal RSTKA dari dermaga semakin mengkhawatirkan dikarenakan sang Ibu mengalami kejang-kejang. Namun dengan kesigapan pada dokter, akhirnya diputuskan untuk melakukan operasi Cito Caesarean Section di kapal dengan persiapan yang serba mendadak.  

Bayi Lahir

Pasien dipindahkan dari kapal warga ke RSTKA dengan hati-hati. Di tengah gempuran ombak yang lumayan kencang setelah badai semalam, dr. Citra memulai operasi SC pada pukul 08.48 WIB dengan bantuan 2 asisten dokter bedah dan beberapa tim medis lainnya. Bayi berhasil dilahirkan pada pukul 08.53 WIB. 

dr. Citra, Sp.OG bersama 2 asisten dokter berhasil mengeluarkan bayi

Selanjutnya dr. Rizaldo selaku pediatrician langsung memberikan Resuscitation neo dengan menggunakan oksigen. Kondisi bayi sudah dalam keadaan asfiksia berat atau terdapat gangguan nafas karena aspirasi mekonium (tertelan air ketuban). Selama 1,5 jam resusitasi, akhirnya bayi dapat bernafas dan sedikit bergerak. 

Proses resutitasi bayi oleh dr. Rizaldo

“Kami memutuskan untuk segera melakukan rujukan ke Sumenep agar Ibu dan bayi mendapatkan perawatan yang lebih baik”, ungkap dr. Airi, Sp.An. Tim segera mempersiapkan kapal yang dibantu oleh tenaga kesehatan Pagerungan Besar untuk transportasi rujukan. 

Ada 4 dokter yang ikut dalam perjalanan rujukan, dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah dokter spesialis anestesi, dan dokter umum, juga ikut serta beberapa relawan desa dan keluarga. 

Perjalanan Laut yang Penuh Tantangan

Perjalanan dimulai pada pukul 10.30 WIB menuju Sapeken. Setelah 1,5 jam, akhirnya kapal sampai di Pelabuhan Sapeken. Perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal siaga dari Sapeken menuju Sumenep pada pukul 14.00 WIB.

Tanpa terduga, pada pukul 18.00 WIB, ABK resah dengan keadaan kapal, pukul 18.30 mesin benar-benar mati, lokasi terletak di sebelah barat laut pulau Kangean. Beruntung ada dokter yang masih bisa mengirimkan lokasi terkini melalui aplikasi chatting. Lokasi terletak di koordinat 6°57’38.5″S 115°06’46.4″E. 

Tim RSTKA yang ada Sapeken segera melakukan koordinasi untuk evakuasi penyelamatan dilakukan dengan berbagai pihak, mulai dari Puskesmas Batuguluk, Dinkes Sumenep, ICW, sampai KRI. KRI dari Surabaya memberikan informasi bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke titik koordinat. Malam itu, selama hampir 9 jam, para dokter bergantian tidur sembari menunggu kedatangan KRI. Akhirnya pada pukul 4.56 WIB, KRI-SBY 591 dapat menemukan kapal yang rusak tersebut dan segera dilakukan evakuasi menuju Pelabuhan Batu Guluk. 

Pemindahan pasien dibantu personel KRI

Pada pukul 08.00 KRI yang membawa pasien dan dokter sampai di Pelabuhan Batuguluk. Setibanya di pelabuhan langsung disambut oleh tenaga medis dari RSUD Abuya. Perjalanan dilanjutkan menggunakan ambulan selama 30 menit. Akhirnya ibu dan bayi bisa mendapatkan perawatan intensif di RSUD Abuya. 

Sungguh perjalanan yang bermakna bagi para relawan dan semua pihak yang membantu. Betapa melakukan pelayanan kesehatan di daerah kepulauan 3T tidaklah mudah namun bukan berarti tidak mungkin di lautan. Bersyukur kepada Tuhan yang masih memberikan kita semua kekuatan dan keselamatan sehingga semua pelayana bisa berjalan dengan baik. 

Penulis : Tim RSTKA

What's your reaction?
36Cool0Upset16Love1Lol

2 Comments

  • Christrijogo
    Posted June 20, 2022 10:23 pm 0Likes

    Dalam transportation pasien ( merujuk), tidak asal heroik untuk menolong pasien tetapi perlu diperhitungkan medan perjalanan serta kelengkapan sarana emergensi selama perjalanan termasuk keselamatan para tenaga kesehatab yang merujuk serta jangan lupa komunikasi dengan tempat rujukan sehingga ada sharing ilmu dalam perjalanannya.
    Pasien itu bukan barang dan pasien bisa menjadi memburuk selama dalam perjalanan sehingga sewaktu2 dalam perjalanan perlu penanganan resusitasi untuk bantuan hidup

  • Marzuqi
    Posted June 24, 2022 11:59 pm 0Likes

    Perjuangan yang luar biasa.

Add Comment

to top