Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Kata yang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia yang menggambarkan batas-batas negara Indonesia. Pulau Rote adalah sebuah pulau yang terletak di bagian selatan Indonesia. Masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani, sementara seni tenun ikat tradisional juga menjadi bagian penting dari budaya mereka. Pulau Rote juga menawarkan pengalaman surfing yang menarik di sepanjang pantai selatannya, menjadikannya destinasi wisata yang menarik bagi pecinta budaya lokal, keindahan alam, dan petualangan di tempat yang belum begitu banyak dijamah pariwisata massal. 

Pada kesempatan ini, RSTKA berkesempatan melaksanakan bakti sosial di Pulau Rote, NTT pada tanggal 17-22 Juli 2023. Tim RSTKA harus melewati perjalanan laut selama 15 jam dari Pelabuhan Kupang dengan jarak 109 km untuk sampai ke Pulau Rote. Meskipun dihadapkan dengan cuaca berangin dan ombak tinggi yang menghempas kapal, semangat mengabdi para relawan tetap membara, siap melaju demi melayani masyarakat Rote. Selama berada di Rote, para relawan RSTKA tinggal di atas kapal yang bersandar di pelabuhan Ba’a. 

Bakti Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Indonesia Timur 2023 ini didukung oleh sponsor utama Protelindo, Amman Mineral, Northstar Foundation, Frans Seda Foundation, Investree dan ASKI (Astra Komponen Industri), dan didukung oleh RSUD Dr Soetomo, Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran UNAIR, dan IDI Surabaya, serta Pelindo, Pelindo Marine Service, dan Aperindo.

Perjalanan menuju Titik 0 Indonesia

Terdapat 4 titik 0 Indonesia, yakni, dari barat berada di Sabang, timur ada di Merauke, utara ada di Miangas, dan selatan ada di Rote. Titik 0 di Pulau Rote berjarak sekitar 30 km dari pelabuhan Ba’a dan membutuhkan waktu selama 2 jam perjalanan. Letaknya berada di Tanjung Pole, Desa Dodaek, Kecamatan Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. 

Relawan RSTKA berkunjung ke titik 0 selatan Indonesia

Perjalanan menuju titik 0 adalah sebuah petualangan yang sungguh ekstrem, mengharuskan penjelajah untuk melewati tantangan berat, termasuk melalui bukit-bukit curam yang menantang. Titik 0 berada dibalik bukit dan di tepi pantai. Pada Titik 0 ini terpampang bendera Indonesia yang berkibar dengan gagahnya. Setelah mencapai lokasi tujuan, para relawan dengan penuh rasa hormat berdiri menghadap Sang Merah Putih, menyanyikan dengan penuh kebanggaan lagu “Indonesia Raya” sebagai tanda penghormatan dan semangat untuk mengabdi pada negeri ini. 

Pelayanan Kesehatan di Rote

Selama di Pulau Rote, pelayanan berlangsung di RSUD Rote, Puskesmas Batutua, Puskesmas Oelaba, Puskesmas Eahun, Puskesmas Korbafo, dan Puskesmas Ba’a selama 6 hari, dimulai dari tanggal 17 Juli 2023. Pada kesempatan ini, RSTKA membawa dokter spesialis Mata, spesialis Jantung, spesialis THT-BKL, PPDS Pediatri, PPDS Obsgyn, PPDS Kulit Kelamin, PPDS THT-BKL, PPDS Saraf, perawat bedah, dan dokter umum. RSTKA memberikan berbagai macam pelayanan kepada 35 pasien poli saraf, 77 pasien poli kulit dan kelamin, serta 83 pasien poli THT. Selain itu, juga dilakukan pemasangan 5 alat bantu dengar (ABD), 88 pasien skrining katarak dan pterygium, serta dilakukan 39 operasi katarak dan 14 operasi pterygium.

Bersama masyarakat yang melakukan skrining stunting untuk anaknya

Selain poli tersebut, RSTKA juga memberikan pelayanan skrining untuk 13 pasien penyakit jantung bawaan (PJB) dengan alat echocardiography dan skrining ANC untuk 213 pasien, serta skrining stunting kepada 137 anak. Dengan penuh dedikasi, tim RSTKA berusaha memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat Pulau Rote. 

Pelayanan Skrining Penyakit Jantung Bawaan

Skrining penyakit jantung bawaan menjadi salah satu tema dari perjalanan RSTKA. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bakti sosial ini, RSTKA membawa alat echocardiography dari Surabaya. Skrining PJB ini dilakukan oleh seorang kardiologis, Dr. Rahima Ratna, Sp.JP, yang biasa dipanggil Dokter Rara. Selama di Pulau Rote, Dokter Rara telah melayani 13 pasien anak yang tervalidasi positif PJB sebanyak 10 pasien.

Pelayanan Skrining Penyakit Jantung Bawaan oleh dr. Rahima Ratna, Sp.JP

“Di sini saya melakukan skrining penyakit jantung bawaan pada anak dan bayi dengan menggunakan alat echocardiography. Harapannya, semakin cepat terdeteksi penyakit tersebut, maka semakin cepat pula penanganan yang akan didapatkan oleh pasien.” 

Ia ingin memberikan kontribusi positif dan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan dan pengetahuan dalam masalah jantung dan kesehatan kardiologi secara keseluruhan. Ia juga menyampaikan, “Yang perlu saya persiapkan untuk menjadi relawan tentunya fisik dan mental karena jarak tempuh yang harus kita lalui untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah terpencil.” 

“Satu kata untuk RSTKA: mantap,” ucapnya. Dokter Rahima memberikan penilaian yang sangat positif terhadap RSTKA dengan menggunakan satu kata “mantap”. Ia menunjukkan bahwa RSTKA memiliki kualitas yang sangat baik dan konsisten dalam menjalankan tugasnya. Penilaiannya memberikan keyakinan dan dukungan kepada RSTKA serta menggambarkan bahwa RSTKA telah berhasil atau berprestasi dengan sangat baik dalam bidangnya.

Pelayanan Poli THT dan Pemasangan Alat Bantu Dengar – dr. Shinta Nurmasari, M.Kes., Sp.T.H.T.K.L.

dr. Shinta Nurmasari adalah seorang dokter spesialis THT Bedah Kepala Leher yang bekerja di Bandung. Beliau merupakan lulusan Universitas Padjajaran dan saat ini bekerja di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung. Dr. Sinta dengan penuh keyakinan menyatakan, “Motivasi saya sebenarnya datang dari perasaan bahwa pekerjaan ini adalah panggilan jiwa. Selama 4-5 tahun terakhir, saya merindukan kesempatan untuk bekerja di tempat terpencil di Indonesia, khususnya dalam bidang kesehatan. Dan akhirnya, kesempatan itu datang ketika saya mendapat respon dari rekan kerja saya, Dr. Mia, untuk bergabung sebagai relawan di rumah sakit terapung Ksatria Airlangga. “Ini merupakan peluang emas yang tak boleh disia-siakan, terutama karena ia memiliki waktu untuk meluangkan diri sebagai relawan. Ia percaya bahwa dengan bergabung di rumah sakit terapung dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan di daerah terpencil. Selain itu juga berharap dapat belajar banyak dari pengalaman dan meningkatkan kemampuan spesialisasinya.

Pemeriksaan telinga oleh dr. Shinta Nurmasari, M.Kes., Sp.T.H.T.K.L.

Untuk membantu pelayanan poli THT-BKL di Rote, beliau dibantu oleh dr. Ishak, seorang PPDS FK UNAIR THT-BKL. Selama  berada di pulau Rote jumlah pasien yang dilayani cukup banyak sekitar 83 pasien dan pemasangan 5 ABD. Banyak hasil dari pemeriksaan juga menunjukkan masalah pendengaran yang memerlukan perhatian lebih, termasuk kasus operasi pada anak usia 5 tahun. 

“Sebenarnya, karena dasarnya adalah melayani, pada saat kita memberikan pelayanan, kita juga memberikan cinta dan kasih. Hal ini sudah cukup untuk menembus rintangan yang ada.” Menjalani kehidupan di kapal, seperti naik sekoci dan berjalan naik turun tangga di kapal, membawa tantangan tersendiri. Ketika menghadapi ombak besar, ada kemungkinan untuk terjatuh, merasa pusing, dan mabuk laut, sehingga mental harus benar-benar dipersiapkan. Selain itu, persiapan selama melayani pasien di kapal juga menjadi hal yang penting. Keterbatasan fasilitas membutuhkan kebersamaan agar tetap dapat memberikan pelayanan dengan baik. 

Semua lelah itu terbayar ketika bisa melihat ekspresi pasien yang sebelumnya tidak bisa mendengar dapat kembali mendengar dengan bantuan alat yang telah diberikan.

dr. Shinta, Sp.THT-BKL

Tidak ada perasaan duka yang dialami Dokter Sinta selama misi pelayanan di kepulauan. Sebaliknya, ia banyak menemukan hal-hal baru dan panorama indah yang sangat memukau. Keindahan alam laut, kekayaan budaya lokal, dan keramahan masyarakat setempat telah memberikan kesan mendalam baginya. Semua pengalaman tersebut menjadikan perjalanan ini sangat berarti dan berkesan dalam hati Dokter Sinta.

“Sebagai tenaga medis, yakni kita memiliki takdir, dengan memberikan apa yang kita punya. Bukan tentang harta, tapi dengan hati yang tulus,” lanjut Dokter Sinta. Sebagai relawan, jangan pernah memandang pasien sebelah mata, dan jangan lupa untuk terus melayani. Ia juga memberikan pesan, “Yuk, kita bangun bangsa ini, tanah air tercinta ini, dengan berbagi. Bukan hanya tentang harta, namun ilmu juga bisa kita bagi dengan mereka di luar sana.” 

Segenap relawan Bakti Indonesia Timur #3 RSTKA

Semangat “This Brilliant Project” tercermin dalam setiap langkah perjalanan tim medis RSTKA. Selain memberikan pelayanan medis, bakti ini juga berfokus pada peningkatan kesadaran dan edukasi kesehatan di masyarakat, menjadikannya sebagai upaya komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kepulauan. 

What's your reaction?
6Cool0Upset1Love0Lol

Add Comment

to top